Selasa, 10 Januari 2012

kecil-kecil jadi Da'i

Hakim mengawali ceramahnya sejak usia empat tahun, bakat menjadi da’i cilik asal kota kembang memang sudah terlihat semenjak ia gemar mendengarkan cerita agama dari ibunya


Dalam proses menyampaikan materi tausiah, Hakim terlebih dahulu belajar dengan bantuan ibunya. Ia mendengarkan buku yang dibaca oleh ibunya, kemudian ia mencerna isi materi dan mengolahnya untuk menjadi bahan materi yang akan ia sampaikan.
“Hakim paling suka materi yang berkaitan dengan rasa berbakti anak kepada kedua orang tua, terlebih kepada ibu” tutur aktor sinetron religi Bukan Islam KTP ini. Sebenarnya ia menyukai seluruh materi yang ia sampaikan, namun ketika menyampaikan tausiah mengenai ibu. Hatinya bergetar ketika mengingat sosok ibu yang telah mengajarkan dan membinanya sampai saat ini, terlebih surga berada di telapak kaki ibu.
Kedekatan Hakim dengan ibunya selalu terlihat dimana pun ia berada, saat berada di lokasi syuting ataupun saat ia menyampaikan ceramah. Bagi Hakim sosok ibu adalah sosok yang luar biasa karena ia telah memberikan kehidupan, kasih sayangnya telah membuat hidupnya penuh warna dan lebih bermakna.
Dukungan serta peran serta Ai Zubaedah, ibunda Hakim telah membuat Hakim menorehkan prestasi baik tingkat provinsi maupun nasional. Dalam lemari kaca rumahnya terpampang lebih 40 piala yang  telah ia dapatkan dari beberapa perlombaan, seperti lomba adzan dan fashion show busana muslim.


Dunia pendidikan pun tak ia tinggalkan, saat ini ia mengikuti home schooling di rumahnya yang terletak di Bandung, hal ini ia lakukan karena padatnya kegiatan sebagai penceramah, terlebih ketika ia berhasil mengikuti Pidacil (Pemilihan Dai Cilik) tingkat nasional yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi nasional tahun 2011.

Ia harus mengikuti karantina selama beberapa bulan dan hanya diberikan kesempatan bertemu dengan kedua orang Tanya setiap dua minggu sekali, banyak suka dan duka yang ia dapatkan selama berada karantina. Ia mengutarakan selama dalam karantina senang karena mendapatkan banyak teman dan ilmu baru dari pengajar yang sudah berpengalaman, namun terkadang ia merasa rindu kepada kedua orang tuanya karena tidak bisa bertemu.
Selesai menjadi peserta Pidacil, tawaran mengisi tausiah dibeberapa kota besar pulau Jawa selalu datang padanya. Ia merasa sangat senang, karena dapat berbagi pengalaman dan ilmu kepada orag lain di berbagai tempat. Tak lama berselang ia pun mendapat tawaran untuk bermain dalam sinetron Bukan Islam KTP.
Disela-sela kesibukanya menjadi seorang aktor dan penceramah, Hakim selalu taat menjalankan perintah agama. Hal itu terlihat  ketika sedang istirahat syuting Sinetron Bukan Islam KTP, ia selalu mendendangkan sholawat dan membaca al-qur’an yang selalu ia bawa.
Hal yang paling ia gemari ketika sedang bertausiah, ketika memainkan kata-kata agar lebih mudah dicerna oleh audience. Terlebih jika ada respon positif berupa pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. “dari semuanya yang paling Hakim senang sih, kalau banyak yang datang saat Hakim ceramah. Apalagi kalau bisa di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari” pungkasnya.
Ia berharap dapat menyampaikan tausiah dengan lancar tanpa hambatan dan dapat bertemu langsung dengan ustadz Wahfiudin, karena ia sangat mengaguminya. “Hakim suka dengan dzikir pak ustadz dan pengen ketemu langsung” tuturnya.  Selesai menjalankan sholat lima waktu ia selalu berzikir kepada Allah SWT, biasanya ia berdzikir selama 60 menit, ia menargetkan dalam dirinya selalu berdzikir sebanyak 165 kali stelah melaksanakan sholat lima waktu.
Baginya  apa yang telah ia dapatkan saat ini bukanlah akhir dari segalanya, namun ini adalah awal dari segalanya ia  tak pernah berhenti bermimpi dan berharap, agar menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. “teman – teman doakan Hakim biar jadi sukses, anak yang sholeh berbakti kepada orang tua. Dan jangan lupa sholat lima waktu yah” Pesannya kepada pembaca setia Majalah Keluarga Muzakki. • (cha)

G+

Tidak ada komentar :

Posting Komentar