Selasa, 14 Maret 2017

Mamantat, Cara Dayak Bakumpai Menafkahi Keluarga



Cahaya mentari belum terlihat saat puluhan warga Desa Muara Singan bergegas menuju Kebun Karet menggunakan kloto, perahu khas suku Dayak Bakumpai, di Sungai Ayuh Mereka terlihat bersemangat untuk menyadap getah karet hingga siang hari nanti. Meroketnya harga dasar getah karet pada awal tahun ini menjadi alasannya.

Berdasarkan informasi dari sejumlah warga harga getah karet sedang naik sekitar 10.000 Rupiah per Kilogram. Rata-rata Penduduk Desa Muara Singan, Kecamatan Gunung Bintang, Kabupaten Barito Selatan, lokasi KKN Mandiri UNS 2017, memiliki mata pencarian sebagai pengumpul getah karet. Warga di Desa Muara Singan menyadap getah karet dari perkebunan pribadi yang berada sekira 10 kilometer dari desa. Saat harga getah karet sedang melonjak seperti saat ini. Terlihat muda-mudi ikut menyadap getah karet. Hal itu mereka lakukan agar produksi getah karet lebih maksimal.
Warga berkebun pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Minggu. Sedangkan hari jumat, warga memilih untuk berkumpul berdama keluarga dan melaksanakan ibadah sholat Jumat di Masjid Hilir. Sementara hari Sabtu, warga menuju Pasar Patas I untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Setiap warga menimbang dan menjualnya kepada pengepul getah karet setiap harinya.
Saat kondisi cuaca sedang baik kepala keluarga biasanya membawa seluruh anggota keluarga untuk mengajarkan anak mereka cara menyadap karet. Selain untuk menambah produksi, cara ini mereka lakukan agar anak-anak mereka ikut menjaga hutan dan menjaga kearifan lokal. “Kami ajak anak-anak untuk mamantat di kebun agar meraka tau, kalo hutan dijaga mereka bisa tetap hidup” Kata seorang warga. Mamantat adalah bahasa asli suku dayak bakumpai, yang memiliki arti mencedat karet atau menyadap karet.
Sementara itu, saat hujan turun warga tidak berkebun karena getah karet akan terbawa air hujan. Mereka memilih beristirahat di rumah atau memancing ikan di sungai Ayuh. Warga menjual hasil tangkapan ikan secara langsung atau diolah menjadi ikan asin.
Biasanya, warga Desa Muara Singan menugaskan anak mereka untuk menjual sejumlah dagangan seperti segar, ikan asin, sayur lambiding, badang keladi, bayam, kangkung, kembang, terong nasi, buah nangka, pisang, jambu, pepaya, rambutan, dan hasil bumi lainnya. Warga sudah melibatkan anak dalam mencari uang sejak usia dini. Mereka menjajakan dagangan setiap pagi, siang dan sore. #SY

G+

Tidak ada komentar :

Posting Komentar