Selasa, 10 Januari 2012

benarkah menopose menakutkan?

Wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang unik dan spesial.  Sifat keibuan dan kedewasaan yang mereka miliki, membuat kaum hawa menjadi sosok yang istimewa. Mereka menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak mereka, membuat kehidupan sebuah keluarga menjadi lebih berwarna. Namun, apa yang akan terjadi bila seorang wanita telah menginjak dan mencapai siklus menopause?

Mendengar kata menopause, maka akan terlintas dalam benak kita. Apakah menopause adalah sesuatu hal atau siklus yang harus kita takutkan? Kita harus menyadari, menjadi tua adalah suatu proses yang merupakan bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan yang berlangsung terus sepanjang kehidupan. Usia lanjut mengandung pengertian adanya perubahan yang progresif pada organisme yang telah mencapai kemasakan, perubahan ini bersifat umum dan irreversible (tidak dapat kembali).
Serba-Serbi Menopause
Menopause merupakan suatu gejala dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang  menandai berakhirnya masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan
atau tidak memproduksi hormon estrogen. Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti dialami setiap orang, terjadi pula kemunduran fungsi organ-organ tubuh termasuk salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa penurunan atau gangguan pada  aspek fisik-biologis – seksual. Pada sebagian wanita, munculnya gejala atau gangguan fisik sebagai akibat dari berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis, dan sosialnya.

Saat ini, terutama di negara maju, angka harapan hidup sudah semakin tinggi, akibatnya makin banyak wanita yang mengalami menopause. Meski banyak yang berusia lebih dari 75 tahun, usia rata-rata penderita menopause ialah 50-51 tahun. Beberapa faktor juga dapat mempercepat terjadinya menopause, di antaranya merokok, histerektomi, carrier Fragile X, kelainan autoimun, dan dikabarkan juga akibat tinggal di dataran tinggi.
Efek Psikologis Menopause Pada Wanita
Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.
Dalam Islam, dipahami bahwa kehidupan manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua, sehingga menopause juga harus dipahami sebagai ketentuan Allah. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah berfirman pada surat al-Hajj ayat 5, “Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulunya diketahuinya.” Dan dalam surat ar-Ruum ayat 54, “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu sesudah lemah menjadi kuat, setelah kua,t lemah lagi dan beruban.”
Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologi, pada dasarnya gangguan emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya. Jadi, bagaimana individu mempersepsikan atau menilai menopause  akan berpengaruh pada  kondisi emosi-psikologisnya. Bila wanita memandang menopause sebagai hal yang “mengerikan” maka iapun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan, ketakutan, stres  bahkan depresi.
Efek Klinis Menopause
Ketika terjadi perubahan fisiologis selama menopause, akan terjadi pula perubahan pola respon gonadotropin. Pada saat ini juga akan terjadi sekresi estrogen yang fluktuatif, wanita pun akan mengalami beberapa gejala yang secara keseluruhan disebut fase klimakterium, fase yang tidak stabil. Gejala ini meliputi hot flashes, insomnia, peningkatan berat badan, perubahan suasana hati, mens yang ireguler, mastodinia, serta sakit kepala. Lamanya periode ini berbeda-beda pada setiap orang, gejalanya bisa dimulai sejak perimenopause dan berlanjut hingga 5-10 tahun sesudah menopause. Fluktuasi hormon ini dapat dihentikan dengan pil kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon untuk mengurangi gejala klimakterium. Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi folikel pun akan terus menurun dan pada akhirnya sudah tidak ada lagi fluktuasi, hormon sudah tidak diproduksi, maka gejala pun akan berkurang sampai habis masa menopause.
Bila menopause dipandang sebagai hal yang alamiah/sunnatullah bahkan disyukuri atas kenikmatan yang diberikan Allah, maka iapun akan menghadapinya dengan penuh penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis. Di samping itu wanita yang sangat mencemaskan menopause besar kemungkinannya karena ia kurang mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause.  Oleh karena sosialisasi mengenai apa, bagaimana pencegahan dan pengatasan  menopause sangat diperlukan masyarakat. Mengingat menurut data dari WHO tahun 2030 nanti diperkirakan ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun dan sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang.   (cha/berbagai sumber)

G+

Tidak ada komentar :

Posting Komentar