Senin, 16 November 2015

Rujak Natsepa, teman menikmati lukisan alam

Seorang penjaja Rujak Natsepa tengah menunggu calon pembeli.
Kalo ke Ambon belum cicip rujak natsepa, belum ke Ambon namanya" Ujar Sony, Kabid Pelayanan PMI Provinsi Maluku. Percis ucapan aditya angela, rekan asli Tual yang sedang mengenyam pendidikan dokter di Jakarta.

Siang ini, Senin, 16 November 2015, saya beserta dua perwakilan komite Internasional palang merah (ICRC) bertolak menuju provinsi maluku. Tujuan kepergian kami untuk menyelenggarakan bakti sosial pelayanan operasi katarak dan pemberian kaca mata gratis kepada masyarakat Kabupaten Buru, Maluku, 19 november 2015 hingga 22 November 2015. Sebelum menyebrang ke pulau buru, selama dua hari kami berada di pulau Ambon. 


Hari pertama di Ibukota Provinsi Maluku, Sony mengajak kami berkeliling Kota Ambon sembari berwisata kuliner. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Sebuah pantai dengan hamparan pasir putih bernama Natsepa. Pantai ini terletak di kabupaten Maluku Tengah, jika kita hendak masuk kota Ambon dari Bandara Patimura, kita akan melewati pantai ini.

Sepanjang jalur menuju Pantai Natsepa dari Bandara, kita akan disuguhkan panorama alam khas daerah pesisir. Pantai dan laut menjadi teman perjalanan menuju Natsepa, sesekali Kota Ambon terlihat dari kejauhan, lengkap dengan jembatan merah putih. Jalut lurus berubah mwnjadi jalanan berkelok dan mendaki bukit namun hal itu tidak lama. Jalanan kembali lurus hingga pantai Natsepa.
Sesampainya di Pantai Natsepa, puluhan penjual rujak khas Ambon telah menyambut kami dengan ramah. Kami memutuskan singgah di kedai rujak natsepa mama. Dari balik kedai itu terlihat pantai natsepa dengan perpaduan warna biru muda dan biru tua. Melihat lanskapndi depan kedua bola mata, saya bergegas mengeluarkan si cantik, kamera dslr canon tipe eos 60d, dari tasnya. Kemudian saya langsung jeprat-jeperet pemandangan yang tidak akan saya dapatkan di Jakarta.

Mama penjual rujak natseoa sudah menghidangkan dua porsi rujak tersebut. Saya bergegas memitar tubuh saya, tersaji rujak Natsepa di depan saya. Campuran pelbagai buah dengan lumeran bumbu khas natsepa siap disantap. Sebelum melahap rujak teraebur tidak lupa saya mengabadikan penganan tersebut dengan si cantik dan telepon seluler saya.

Rujak Natsepa, khas Pulau Ambon, Maluku.
Rujak Natsepa sebenarnya tidak berbeda dengan rujak pada umumnya di tempat lain. Hal yang membedakan adalah lumeran bumbu kacang yang tidak terlalu kental namun memiliki cita rasa yang khas. Kompisis rujak itu terdiri dari nanas, pepaya, bengkoang, ubi, belimbing, jambu air, kedondong, dan berbagai buah lainnya, sama seperti rujak di lokasi lain. Ketika saya melihat proses pembuatan bumbu, penjual lebih banyak memasukan kacang tanah, gula aren, asam, dan terasi. Menurut saya itu bahan rujak yang sama, namun ketika saya melahap memang rasanya berbeda dan khas. 

Kita tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk menikmati seporsi rujak natsepa. Cukup 12 ribu rupiah untuk satu porsi, kita bisa memanjakan lidah dan perut, tentunya mata kita karena pemandangan eksotis di belakang kedai rujak mama. Satu hal yang sangat saya suka dari rujak natsepa adalah rasanya yang tidak pedas, sangat cocok bagi saya yang tidak menyukai makanan dengan rasa khas cabai didalamnya. Cita rasa khas, tidak pedas, dan pemandangan yang indah adalah komposisi yang bagus untuk menemani hari pertama di provinsi asal pahlawan nasional Patimura.

Sementara itu, mentari cukup terik menyelimuti kabupaten maluku tengah sore ini. Suara gemericik ombak pantai natsepa seolah-olah memanggil kami untuk menyapanya secara langsung. Riuh dan canda tawa warga sesekali terdengar, menambah syahdu pantai natsepa. Seporsi rujak natsepa, lanskap yang menawan, dan raja siang yang mulai terbenam melengkapi perjalanan petang ini.

G+

1 komentar :

  1. Wah ngiler pengen nyobain ini menu... Kalau rujak daerah sini udah, cuma yang ini belum

    BalasHapus