Selasa, 16 Oktober 2012

wong jowo ra iso woso jowo

Perjalanan saya kali ini berlabuh di kota Pelajar Yogyakarta. Pagi ini saya hendak berkeliling untuk mengunjungi tempat-tempat unik di kota ini. Bersama Puji, teman yang sedang mengenyam pendidikan di Universitas Gaja Mada (UGM) saya hendak berplesir ke wilayah Bantul.

Sembari melaksanakan tugas liputan untuk media tempat saya mengabdi, kami menyambangi sebuah warung pecel yang terletak dekat Pemakaman Umum Gunung Sempu, Bantul. Warung Pecel ini menyajikan jajanan khas Bantul yang siap memanjakan lidah. Tanpa pikir panjang saya langsung memesan dan menyantap seporsi pecel welut (Pecel Belut).

selesai menyantap makanan yang baru saya temui ini, saya hendak bertanya kepada mbah Warno, pemilik dan pendiri warung pecel welut mbah warno. Saya pun melancarkan beberapa pertanyaan kepada mbah warno mengenai sejarah warungnya, pendapatan, hingga rahasia dapur. lidah saya pun berhenti bergerak ketika melihat mimik mbah Warno yang terperanga tak mengerti dengan ucapan saya.

saya terperangah, ada apa ini? apa saya yang terlalu cepat bertanya atau apa... Ternyata oh ternyata mbah Warno tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, beliau hanya mengerti bahasa jawa halus. "waduh repot, mana gue ga bisa bahasa jawa" umpat saya dalam hati.

untung saja saya liputan bareng mba Lina, dia adalah rekan saya di media dan orang jawa tulen dan mengerti bahasa jawa alus hehehe. akhirnya pekerjaan kami pun selesai berkat mba lina. kemudian ia membocorkan sesuatu kepada mbah warno. "mbah loka kui cah solotigo" mbah warno pun tertawa dengan senyum khas wanita paruh baya (90 tahun termasuk ga ya heheh) ia lantas berkata, wong jowo ra iso jowo sambil bercanda #Satria Loka Widjaya @locha_orange :)

artikel tentang pecel welut mbah warno  http://goo.gl/ohgK8C

G+