Cahaya
mentari belum terlihat saat puluhan warga Desa Muara Singan bergegas menuju
Kebun Karet menggunakan kloto, perahu khas suku Dayak Bakumpai, di Sungai Ayuh
Mereka terlihat bersemangat untuk menyadap getah karet hingga siang hari nanti.
Meroketnya harga dasar getah karet pada awal tahun ini menjadi alasannya.
Berdasarkan informasi dari sejumlah warga harga getah karet sedang naik sekitar
10.000 Rupiah per Kilogram. Rata-rata
Penduduk Desa Muara Singan, Kecamatan Gunung Bintang, Kabupaten Barito Selatan,
lokasi KKN Mandiri UNS 2017, memiliki mata pencarian sebagai pengumpul getah
karet. Warga di Desa Muara Singan menyadap getah karet dari perkebunan pribadi yang
berada sekira 10 kilometer dari desa. Saat harga getah karet sedang melonjak
seperti saat ini. Terlihat muda-mudi ikut menyadap getah karet. Hal itu mereka
lakukan agar produksi getah karet lebih maksimal.
Warga
berkebun pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Minggu. Sedangkan hari
jumat, warga memilih untuk berkumpul berdama keluarga dan melaksanakan ibadah
sholat Jumat di Masjid Hilir. Sementara hari Sabtu, warga menuju Pasar Patas I
untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Setiap warga menimbang dan menjualnya
kepada pengepul getah karet setiap harinya.
Saat
kondisi cuaca sedang baik kepala keluarga biasanya membawa seluruh anggota
keluarga untuk mengajarkan anak mereka cara menyadap karet. Selain untuk
menambah produksi, cara ini mereka lakukan agar anak-anak mereka ikut menjaga
hutan dan menjaga kearifan lokal. “Kami ajak anak-anak untuk mamantat di kebun agar meraka tau, kalo
hutan dijaga mereka bisa tetap hidup” Kata seorang warga. Mamantat adalah
bahasa asli suku dayak bakumpai, yang memiliki arti mencedat karet atau
menyadap karet.
Sementara
itu, saat hujan turun warga tidak berkebun karena getah karet akan terbawa air
hujan. Mereka memilih beristirahat di rumah atau memancing ikan di sungai Ayuh.
Warga menjual hasil tangkapan ikan secara langsung atau diolah menjadi ikan
asin.
Biasanya,
warga Desa Muara Singan menugaskan anak mereka untuk menjual sejumlah dagangan
seperti segar, ikan asin, sayur lambiding, badang keladi, bayam, kangkung,
kembang, terong nasi, buah nangka, pisang, jambu, pepaya, rambutan, dan hasil
bumi lainnya. Warga sudah melibatkan anak dalam mencari uang sejak usia dini. Mereka
menjajakan dagangan setiap pagi, siang dan sore. #SY
Tidak ada komentar :
Posting Komentar