Musyawarah Nasional atau Kongres PMI ke-IV, 25 Januari 1950 hingga 27 Januari 1950, menjadi tonggak awal berdirinya organisasi Palang Merah Remaja. Saat itu, wacana untuk membentuk PMR sudah berhembus di benak peserta Munas di Ibukota Jakarta. Dua bulan berselang, tepatnya, 1 Maret 1950, PMI secara resmi mendirikan PMR di Indonesia. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman menjadi Pemimpin Organisasi pencetak calon Sukarelawan masa depan PMI.
Dalam menjalankan organisasi tesebut, anggota PMR mendapatkan pembinaan dari PMI. Anggota PMR memiliki peranan penting di dalam PMI, yaitu memperkenalkan masalah seputar kesehatan di kalangan pelajar. Bila menjadi anggota PMR, kita diharapkan menjadi contoh bagi teman-teman untuk hidup sehat. Awalnya, pengetahuan tentang kesehatan diterapkan kepada diri sendiri. Pengetahuan itu kemudian harus kita sebarluaskan.
PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR karena Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan. Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan. Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI. Remaja adalah kader relawan dan Remaja calon pemimpin PMI masa depan.
Sementara itu tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan berbentuk penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter. Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya. Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat. Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya dan Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.
Keterlibatan anggota PMR dalam berbagai kegiatan kepalangmerahan merupakan karya dan bakti nyata setelah mengikuti pelatihan serta pengakuan terhadap keberadaan dan kompetensi. PMR memiliki tri bhakti yakni Meningkatkan keterampilan hidup sehat; Berkarya dan berbakti di masyarakat; dan Mempererat persahabatan nasional dan internasional. Tri bhakti tersebut merupakan jawaban atas berbagai minat bergabungnya remaja dengan PMI
Sebagai anggota PMR, kita juga harus siap menolong siapa pun bila diperlukan, entah di sekolah, juga di lingkungan rumah. Banyak sekali kegiatan PMR, yang pasti membuat kita menjadi anak siap membantu siapa pun dengan ringan hati.
PMR di Indonesia memiliki tiga tingkatan sesuai dengan jenjang usia dan tingkat sekolah. Pertama adalah PMR Mula, pada tingkat ini PMR Mula berada di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Selanjutnya untuk siswa Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiah adalah PMR Madya. Sedangkan PMR Wira adalah anggota PMR yang berada di Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. PMR menjadi kegiatan ekstrakulikuler disekolah secara resmi berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pendidikan No. 11-052-1974, pada tanggal 22 Juni 1974.
Setiap anggota PMR mendapat pembelajaran dengan metode bermain (Learning by doing) tentang Gerakan kepalangmerahan, pertolongan pertama, sanitasi dan kesehatan, kesiapsiagaan bencana, kesehatan remaja, donor darah, dan kepemimpinan.
Pada gerakan kepalangmerahan setiap anggota akan mendapatkan pembelajaran tentang sejarah, lambang, kegiatan kepalangmerahan, penyebarluasan prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional. Selanjutnya ketika memasuki materi kepemimpinan PMR mendapatkan ilmu tentang bagaimana bekerjasama, berkomunikasi, bersahabat, menjadi pendidik sebaya, memberikan dukungan, dan menjadi contoh perilaku hidup sehat.
Kemudian pertolongan pertama, materi yang menjadi ciri khas PMR. Salah satu hal yang dapat diketahui adalah menghubungi dokter/rumah sakit, melakukan pertolongan pertama di sekolah dan rumah, menolong diri sendiri. Selain itu ada juga sanitasi dan kesehatan, kita akan mempelajari bagaimana cara merawat keluarga yang sakit dirumah, perilaku hidup sehat, kebersihan diri dan lingkungan.
Kesehatan Remaja merupakan salah satu materi yang penting untuk kita pelajari. Pada materi ini kita akan memahami tentang Kesehatan reproduksi, Napza, HIV/AIDS. Selain itu kita juga akan mendapatkan pengetahuan dan praktik menjadi seorang fasilitator pada materi ini.
Sebagai warga yang tinggal di negeri Hypermarket bencana, kita juga mendapatkan pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana. Kita akan mengenal jenis bencana, cara-cara pencegahan, mempersiapkan diri, teman, dan keluarga menghadapi bencana.
Materi terakhir adalah Donor darah, meskipun belum berusia 17 tahun (usia minimum pendonor darah) anggota PMR memiliki peran dalam kegiatan donor darah. Dalam materi ini anggota PMR dapat melakukan kampanye donor darah, merekrut donor darah remaja, mempersiapkan diri menjadi pedonor, mengadakan kegiatan donor darah pada saat wabah demam berdarah atau setelah kejadian bencana.
Setiap materi dan kegiatan dalam PMR saling terkait. Ketika belajar siaga banjir, maka akan belajar juga tentang Pertolongan Pertama pada luka atau sakit akibat banjir (diare, demam, akibat terbentur benda keras, luka lecet), sanitasi dan air bersih, bagaimana menerapkan 7 Prinsip dan kepemimpinan jika memberikan pertolongan, cara-cara menyelenggarakan aksi donor darah untuk korban banjir, belajar kandungan gizi yang tepat jika akan menyumbang bahan makanan, bagaimana menyelenggarakan acara-acara untuk menghibur remaja dan anak korban bencana.
Selamat Ulang Tahun kepada seluruh anggota Palang Merah Remaja di seluruh Nusantara, Siamo Tutti Fratelli... (slw/pelbagai sumber)