Mendengar kata pulau Tidung yang terletak di Kabupaten Kepulauan Seribu, maka kita akan terbayang pada jembatan cinta yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. Perjalanan saya kali ini pun tak ayalnya pelancong dari daratan Jakarta lainnya, berkunjung ke Pulau Tidung untuk menikmati suasana romantisme Jembatan cinta.
Sampai di Pelabuhan utama, saya langsung dijemput oleh seorang pemuda bernama Bahronny. Awalnya saya hanya mengenal beliau sebagai guru honorer di MTSN 26 Pulau Tidung. Kedatangan saya dan rekan saya memang untuk memberikan paket bantuan berupa mikroskop cahaya dan alat peraga sistem tata surya untuk pelajaran IPA di sekolah tersebut.
Sekolah ini terletak di pantai barat pulau Tidung besar, membuat hasrat saya untuk ngebolang semakin meraung. Setelah acara selesai saya pun memita Bahronny untuk menemani saya menjejaki setiap jengkal pantai barat pulau Tidung besar.
Pantai di wilayah barat ini memiliki semak dan rerumputan, yang berbatasan langsung dengan pantai. Hal tersebut mencitrakan, seolah-olah saya berada di pulau yang berbeda. Pantai Timur pulau tersebut telah berubah menjadi zona wisata, hal tersebut menghilangkan kesan natural pulau ini.
Berbeda dengtan sisi barat, pantai barat pulau Tidung besar jarang terjamah oleh pelancong, hal tersebut membuat wilayah ini begitu menyatu dengan alam. Selain itu ketika saya menjejakan kaki ke pantai, terlihat puluhan mangrove yang siap memanjakan kedua bola mata saya.
Saya terpukau geliat mangrove kecil yang meliuk-liuk terbuai desiran ombak. Ronny menjelaskan kepada saya bahwa mangrove itu baru satu tahun ditanam. Saya pun bertanya-tanya, bak polisi yang sedang melakukan introgasi. hal itu menghasilkan beberapa pengetahuan baru tentang Pulau Tidung dan Mangrove, yang tertanam di sepanjang pantai pulau tersebut.
Ronny merupakan pemuda pelopor kebaharian tahun 2011, ia mendapat juara kedua tingkat Nasional yang diselengarakan oleh Kemenpora. Atas jasanya dalam mempertahankan mangrove agar tetap dapat menari-nari di Pantai Pulau Tidung.
Ia menjelaskan kepada saya pengalamannya dalam menanam dan menrawat mangrove, hasilnya puluhan mangrove berusia satu tahun siap menyedapkan mata kita di wilayah barat pulau tersebut. Hal itu berdampak pada pesan dari pemerintah setempat untuk menjadikan wilayah tersebut menjadi wisata bakau.
Dari perjalanan hari ini pengalaman dan pelajaran yang dapat saya ambil mengenai, tata cara menanam bakau seperti cara AJIR, BROJONG, CORONG BAMBU. Selain itu saya baru mengetahui perkembangan mangrove, jenis mangrove seperti api-api, buta-buta, nyamplung, sentigi.
Selain itu masyarakat mengolah pakanan khas kepulauan seribu seperti dodol rumput laut, keripik sukun, ikan asin, dan pakanan lainnya. Serta kearifan lokal pulau tidung yang tak akan saya lupakan.
Sampai di Pelabuhan utama, saya langsung dijemput oleh seorang pemuda bernama Bahronny. Awalnya saya hanya mengenal beliau sebagai guru honorer di MTSN 26 Pulau Tidung. Kedatangan saya dan rekan saya memang untuk memberikan paket bantuan berupa mikroskop cahaya dan alat peraga sistem tata surya untuk pelajaran IPA di sekolah tersebut.
Sekolah ini terletak di pantai barat pulau Tidung besar, membuat hasrat saya untuk ngebolang semakin meraung. Setelah acara selesai saya pun memita Bahronny untuk menemani saya menjejaki setiap jengkal pantai barat pulau Tidung besar.
Pantai di wilayah barat ini memiliki semak dan rerumputan, yang berbatasan langsung dengan pantai. Hal tersebut mencitrakan, seolah-olah saya berada di pulau yang berbeda. Pantai Timur pulau tersebut telah berubah menjadi zona wisata, hal tersebut menghilangkan kesan natural pulau ini.
Berbeda dengtan sisi barat, pantai barat pulau Tidung besar jarang terjamah oleh pelancong, hal tersebut membuat wilayah ini begitu menyatu dengan alam. Selain itu ketika saya menjejakan kaki ke pantai, terlihat puluhan mangrove yang siap memanjakan kedua bola mata saya.
Saya terpukau geliat mangrove kecil yang meliuk-liuk terbuai desiran ombak. Ronny menjelaskan kepada saya bahwa mangrove itu baru satu tahun ditanam. Saya pun bertanya-tanya, bak polisi yang sedang melakukan introgasi. hal itu menghasilkan beberapa pengetahuan baru tentang Pulau Tidung dan Mangrove, yang tertanam di sepanjang pantai pulau tersebut.
Ronny merupakan pemuda pelopor kebaharian tahun 2011, ia mendapat juara kedua tingkat Nasional yang diselengarakan oleh Kemenpora. Atas jasanya dalam mempertahankan mangrove agar tetap dapat menari-nari di Pantai Pulau Tidung.
Ia menjelaskan kepada saya pengalamannya dalam menanam dan menrawat mangrove, hasilnya puluhan mangrove berusia satu tahun siap menyedapkan mata kita di wilayah barat pulau tersebut. Hal itu berdampak pada pesan dari pemerintah setempat untuk menjadikan wilayah tersebut menjadi wisata bakau.
Dari perjalanan hari ini pengalaman dan pelajaran yang dapat saya ambil mengenai, tata cara menanam bakau seperti cara AJIR, BROJONG, CORONG BAMBU. Selain itu saya baru mengetahui perkembangan mangrove, jenis mangrove seperti api-api, buta-buta, nyamplung, sentigi.
Selain itu masyarakat mengolah pakanan khas kepulauan seribu seperti dodol rumput laut, keripik sukun, ikan asin, dan pakanan lainnya. Serta kearifan lokal pulau tidung yang tak akan saya lupakan.