Jumat, 06 Februari 2015

Ini (Mainan) Generasi Ku, Mana Generasimu?

Pagi ini setelah membeli camilan berupa siomay (bukan Xiao mi) saya hendak memacu kuda besi menuju posko bencana. Belum sempat menghidupkan mesin si Jagur (Supra X tahun 2001) kedua kamera alami saya tertuju pada pria paruh baya yang duduk di depan halaman masjid. Pria itu memegang dua buah beberapa mainan tradisional di tangan kanan sedangkan puluhan mainan lainnya di tangan kiri. Bahasa tubuh penuh harap terlihat dari wajahnya yang menua. berharap ada yang mau membeli mainan tersebut.

Saya menunggu beberapa waktu, sembari memperhatikan dari jauh pria tersebut. Setelah menunggu belum ada satu orang yang membeli mainan tersebut. Padahal jalan tersebut ramai karena dekat dengan pasar dan merupakan jalan penghubung menuju kawasan perkantoran di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan. Masih dengan gaya bahasa tubuh yang sama, pria tersebut beranjak dari duduknya, mencoba mencari rezeki di tempat lain.


saya menghampirinya sambil bertanya, "Pak Berapa mainannya?" Tanya saya.
"2.000 rupiah satunya nak" jawab pria itu. Wah murahnya, gumam saya dalam hati, saya lantas mengeluarkan uang kembalian somay dan membeli dua buah mainan tersebut.

Bapak itu terlihat sangat senang, kemudian memberi tahu saya cara menggunakan mainan tersebut. "Cara nya begini nak, dari bawah di tarik keatas maka kincirnya akan berputar dan bunyi" Jelas bapak tersebut dengan senyum kepada saya.

"Terima kasih pak, hebat yah pak kincir sama pesawatnya, ini bikin sendiri pak?" tanya saya, "iya nak ini saya buat sendiri, dulu mah bapak bisa jual banyak bisa sampai jual dua ratus sehari, tapi sekarang mah, laku sepuluh aja udah syukur" Jawabnya dengan sedikit menghela nafas. belum sempat saya bertanya lebih jauh, bapak itu berkata, yah semua rezeki sudah diatur sama Allah SWT, kaya kamu bertemu dengan saya, semua sudah diatur, terima kasih yah nak sudah mau membeli mainanya, saya kira anak zaman sekarang udah ga ada yang mau beli mainan kaya gini. saya hanya tersenyum dan menjawab "iya pak sama-sama, saya sangat senang bisa bertemu bapak dan membeli mainan ini karena sangat sulit mendapatkan mainan ini, teman saya dimasa kanak-kanak"

kemudian ia berkata, iya nak banyak teman saya yang nyerah dan ga mau bikin mainan kaya gini lagi, soalnya anak zaman sekarang mah beda, kalo mainan kaya ini (menunjuk kincir-kincir dan pesawat dari bahan stereform) mereka malu, entah kenapa saya juga bingung, tapi yah namanya anak zaman sekarang beda sama dulu. 

Yaudah nak, bapak lanjut mau cari anak-anak di tempat lain kali aja ada yang mau beli lagi terima kasih yah nak, semoga sukses untuk kegiatannya, kalau sudah punya anak jangan lupa ajarin anak kamu untuk senang mainan tradisional kaya gini, senang rasanya kalau ada anak muda yang mau main mainan kaya gini apalagi di Jakarta. Saya menjawab, iya pak terima kasih doa dan nasihatnya, insya allah akan saya lakukan nanti, sukses juga yah pak. Kemudian kami berpisah dan melanjutkan aktivitas masing-masing.

selamat dan sukses pak, semoga banyak anak2 yang  mau menggunakan mainan mu dan teruslah membuat mainan agar anak2 masa kini bisa menggunakan mainan tradisonal dan memegangnya bukan hanya melihat dari balik LCD... *SLW

G+