Pagi ini setelah membeli camilan berupa siomay (bukan Xiao mi) saya hendak memacu kuda besi menuju posko bencana. Belum sempat menghidupkan mesin si Jagur (Supra X tahun 2001) kedua kamera alami saya tertuju pada pria paruh baya yang duduk di depan halaman masjid. Pria itu memegang dua buah beberapa mainan tradisional di tangan kanan sedangkan puluhan mainan lainnya di tangan kiri. Bahasa tubuh penuh harap terlihat dari wajahnya yang menua. berharap ada yang mau membeli mainan tersebut.
Saya menunggu beberapa waktu, sembari memperhatikan dari jauh pria tersebut. Setelah menunggu belum ada satu orang yang membeli mainan tersebut. Padahal jalan tersebut ramai karena dekat dengan pasar dan merupakan jalan penghubung menuju kawasan perkantoran di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan. Masih dengan gaya bahasa tubuh yang sama, pria tersebut beranjak dari duduknya, mencoba mencari rezeki di tempat lain.